Sabtu, 21 November 2015

Fakta Fakta Serangan Teror di Paris


Berita duka datang dari Paris, Prancis. Jumat (13/11) malam, serangan teroris terjadi di tujuh lokasi berbeda di kota itu.
Akibat peristiwa tersebut, 100 orang lebih meninggal dunia. Aksi tak berperikemanusiaan itu dilakukan dengan serangan simultan berupa bom bunuh diri di beberapa lokasi padat manusia di Ibu Kota Paris, serta penembakan acak di Gedung Konser Bataclan, Rue Bichat, Av. de la Republique, Bd. Voltaire, Rue Charonne, dan Boulevard Beaumarchais.
Dari Presiden Republik Indonesia Joko Widodo hingga Presiden Amerika Barack Obama mengucapkan belasungkawa yang sedalam-dalamnya atas kejadian tersebut. Tage #PrayForParis pun menghiasi dinding media sosial semenjak peristiwa itu terjadi.
Berikut fakta-fakta serangan teror tersebut:

Usai tembaki penonton konser, 3 pelaku meledakkan diri

Serangan teror terjadi beruntun di tujuh lokasi terpisah di kawasan timur Ibu Kota Paris. Bom meledak di Stadion Stade de France, dua bar dilempari granat dan ditembaki, satu restoran diberondong senapan mesin. Penyerangan paling parah terjadi di Gedung Konser Bataclan yang dipenuhi lebih dari 1.000 anak muda.
Setidaknya tiga orang diketahui menyerbu Gedung Bataclan yang sedang menggelar konser. Pelaku juga memberondong kerumunan 1.000 penonton selama nyaris 15 menit. Di lokasi ini, jatuh korban tewas paling banyak.
Gedung Bataclan jaraknya sangat dekat dengan Kantor Redaksi Charlie Hebdo yang Januari lalu diserang kelompok militan. Usai memberondong, ketiganya pun mengaktifkan bom bunuh diri.
Dikutip dari Antara, tujuh dari delapan pelaku teror Paris, Prancis ini mengenakan rompi atau pun sabuk bom dalam serangan yang menewaskan setidaknya 120 orang.
Kantor berita AFP melaporkan, Sabtu (14/11), salah satu korban yang selamat dari penembakan, membeberkan identifikasi pelaku. Perempuan itu tidak menjelaskan bagaimana ciri-ciri fisik tiga lelaki bersenjatakan AK-47 itu, namun para pelaku berkali-kali berteriak dalam Bahasa Prancis, "Ini untuk Suriah, ini untuk Suriah!".
Sejauh ini delapan pelaku tewas, tujuh meledakkan dirinya sebelum ditangkap polisi Paris, sementara satu lainnya ditembak polisi.

Pengakuan pilu penonton konser di Paris saat diserbu teroris

Korban tewas terbanyak dari serangan beruntun di Ibu Kota Paris, Prancis, tadi malam adalah anak muda yang mendatangi konser band rock asal Amerika Serikat, Eagles of Death Metal, di gedung konser Bataclan.
Pierre Janaszak (35) adalah penyiar TV yang sedang berada di Gedung Bataclan. Dia ingat betul bagaimana kondisi hiruk pikuk ketika terdengar tembakan pertama kali.
"Mereka menembaki siapapun, tidak berhenti. Seingat saya tembakan terus terjadi selama 10 menit," kata Pierre.
"Jasad bergelimpangan di mana-mana, darah di mana-mana," kata lelaki yang bersama dua orang lain bersembunyi di toilet ini selama kejadian sambil menangis.
Saksi lain, kepada AFP, mengatakan salah satu pelaku meneriakkan motif mereka sembari menembak para korban. Pelaku berbicara dalam bahasa Prancis.
"Ini semua salah (Presiden) Hollande, dia seharusnya tidak ikut terlibat di Suriah. Ini untuk Suriah," kata saksi itu menirukan ucapan pelaku.

Satu pelaku teror Paris dikhawatirkan belum tertangkap

Mark Colclough, saksi mata tragedi serangan beruntun di Ibu Kota Paris, Prancis, Jumat (13/11) malam masih ingat betul sosok salah satu pelaku. Teroris itu memakai pakaian serba hitam, menutup wajah, bersenjata lengkap, memakai baju rompi mirip SWAT, serta celana kargo hitam, lalu masuk bar di seberang jalan tempatnya nongkrong.
Seperti dilansir the Guardian, Sabtu (14/11), pelaku sangat profesional dalam menembak. Pelaku bertangan kidal, menembak tepat di kepala setiap korbannya tanpa menyia-nyiakan peluru.
"Tiga atau empat kali tembakan dan semuanya fatal," kata Mark.
"Bayangkan sosoknya seperti tentara profesional. Memakai baju serba hitam, begitu pula sepatunya, dan menenteng senapan mesin," imbuh warga negara Inggris ini.
Mark termasuk saksi yang dipanggil Kepolisian Paris untuk menceritakan kronologi serangan di Rue de La Fointaine. Ada enam lokasi lainnya di Ibu Kota Prancis yang mengalami teror serupa, dengan korban jiwa lebih banyak. Lokasi paling parah diserang adalah Gedung Konser Bataclan, yang mana di sana 112 orang tewas karena diberondong senapan disusul aksi tiga pelaku meledakkan diri.
Mark mengaku takut karena polisi mengatakan penembak di Rue de La Fointaine tidak termasuk delapan tersangka teror yang sudah dinyatakan tewas.
"Mereka mengatakan kemungkinan penembak yang saya lihat belum diringkus. Polisi mengingatkan saya agar tidak berada di luar rumah tanpa alasan," tuturnya.

ISIS mengaku bertanggungjawab

Negara Islam Irak dan Syam (ISIS) resmi mengaku bertanggungjawab atas serangan teror di Ibu Kota Paris, Prancis, yang menewaskan 120 orang. Jumlah korban tewas sebelumnya disebut mencapai 158, telah direvisi oleh otoritas keamanan Prancis.
Keterangan tertulis ISIS disebar ke media massa Prancis, Sabtu (14/11). Dalam surat berbahasa Prancis itu, militan khilafah menyatakan Prancis sejak beberapa bulan ini sudah menjadi "target utama operasi."
ISIS menjelaskan serangan ke Paris dilancarkan militan kiriman mereka, sebagai balasan atas kebijakan Negeri Anggur mengirim jet menghancurkan markas mereka di Suriah.
"Prancis berani menghina kekalifahan dengan mengirim pesawat-pesawat mereka ke Suriah. Kekhalifahan Islam kini meruntuhkan kesombongan mereka di Paris. Serangan ini cuma awal dan peringatan bagi kaum kafir untuk menjadi pelajaran," demikian kutipan pernyataan ISIS yang disebar Al Hayat Media Centre, sayap propaganda para militan.
Pendukung ISIS sejak dini hari tadi sudah merayakan penyerangan di Paris lewat Twitter, namun belum ada pengakuan resmi. Korban selamat pun melaporkan ada teriakan "ini semua demi Suriah!" dari salah satu pelaku penembakan.
Klaim ISIS dibenarkan Presiden Francois Hollande yang segera menggelar jumpa pers di Istana Elycee, pagi ini waktu setempat. "Kejahatan keji tadi malam dilakukan oleh pasukan jihadis ISIS untuk melawan Prancis. Kejahatan ini dirancang dan dikendalikan dari luar negeri," imbuh Hollande.

Kedubes Prancis di RI tutup 3 hari

Duta Besar Prancis untuk Indonesia Corinne De Breuze menyatakan telah ada instruksi dari Presiden Francois Hollande, bahwa negaranya menggelar masa berkabung nasional tiga hari. Peringatan ini untuk mengenang 120 korban tewas serangan teror beruntun di Ibu Kota Paris, tadi malam.
"Hari ini Presiden Francois Hollande mengumumkan tiga hari berkabung nasional. Menyikapi edaran itu, Kedutaan Prancis dan segala instansi resmi perwakilan Prancis di Indonesia akan libur selama tiga hari ke depan," kata De Breuze dalam jumpa pers di Gedung IFI, Kawasan Thamrin, Jakarta Pusat, Sabtu (14/11).
Dubes De Breuze berterima kasih setelah publik Indonesia berbondong-bondong mengucapkan belasungkawa dan dukungan kepada warga Paris yang sedang berduka akibat teror keji tersebut. Dukungan moril itu menurutnya muncul dari pelbagai saluran, termasuk jejaring sosial.
Dia sekaligus mengapresisasi kesigapan Kepolisian RI yang menambah jumlah personil mengamankan Kedubes Prancis di Jakarta.
"Dapat anda lihat sendiri di depan kedutaan maupun Institute Franais Jakarta dan Bali, telah terdapat tambahan tenaga pengamanan dari Kepolisian Indonesia. Kami sangat berterima kasih atas dukungan ini," tutupnya.

Pasca teror Paris, ditemukan paket mencurigakan di Bandara Gatwick

Seorang pria ditangkap di Bandara Gatwick London, Sabtu waktu setempat. Pria itu ditangkap setelah ditemukan paket mencurigakan beberapa jam setelah serangan di Paris yang diklaim dilakukan oleh ISIS.
"Pihak kepolisian dipanggil sekitar 09.30 waktu setempat, Sabtu, setelah tindakan mencurigakan oleh seorang pria yang membuang benda di bandara. Orang itu ditangkap," kata polisi di Sussex selatan.
Akibat kejadian itu, penjinak bom disiagakan di lokasi. Selain itu, pihak bandara menambah jumlah staf untuk mengawasi para penumpang.
"Saat ini kami sedang menyelidiki insiden dan terlalu dini untuk mengatakan kemungkinan benda tersebut," kata inspektur detektif Nick Mei.
"Namun, mengingat peristiwa di Paris pada Jumat malam, ada kepekaan yang tinggi di sekitar insiden tersebut. Orang-orang harus menyadari seperti biasanya jika ada tindakan mencurigakan," kata Nick menambahkan dilansir Antara.
Gatwick merupakan salah satu bandara tersibuk di Inggris yang menangani 39 juta penumpang bepergian ke 200 destinasi setiap tahunnya. Pihak keamanan Inggris dalam siaga tinggi menyusul serangan menimpa konser rock, restoran dan stadion sepak bola nasional Prancis.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar